Kali ini saya akan membahas tentang Aksara Ulu atau yang sering
disebut Ka-Ga-Nga salah satu bagian dari khazanah dalam berkomunikasi.
Apa itu Aksara atau Kaganga ?
Aksara Kaganga merupakan
sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah
selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain.
Nama kaganga ini merujuk
pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita kepada urutan aksara di India. Istilah kaganga
diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull
(Inggris) dalam buku Folk literature of South Sumatra. Redjang Ka-Ga-Nga
texts. Canberra, The Australian National University 1964. Istilah asli yang
digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu.
Ketertarikan saya tentang Aksara ini
ketika dalam perjalanan sabtu – minggu di Tanah Sriwijaya ada seorang partner pejalan
saya dari pendidikan sejarah ia bercerita bahwa Sumatera Selatan ini mempunyai
bahasa yang sudah langka yaitu Aksara Ulu.
Sebenarnya bukan hanya Sumatera Selatan
yang mempunyai Aksara ketika berbincang dengan mbak Sri Purbahayu di laman
facebook beliau pernah nge host profesor muda dari Jepang dia khusus
mempelajari bahasa - bahasa yang hampir punah/langka. Dia sengaja datang ke Indonesia untuk belajar
bahasa Hanacaraka atau sering disebut Aksara Jawa.
Ini yang sangat di sayangkan yang lebih
tertarik akan budaya yang punah/langka sebagian banyak dari orang – orang luar
bahkan mereka yang menciptakan sebuah penelitian terbaru akan tentang Aksara.
ketika saya telusuri benar huruf, alphabet,
abjad, aksara yang ada di Indonesia sangat beragam seperti di Jawa ada Aksara Hanacaraka, di sumatera utara ada abugida
batak , kerinci jambi ada huruf incuna, aksara minang
sumatera barat, rejang bengkulu ada
huruf rencong, sumatera selatan ada huruf surat ulu , lampung ada
huruf kaganga , sunda jawa barat ada ngalagena, bali ada huruf
bali, bugis Makassar, sulawesi ada lontara dan sumbawa ntb ada satera jontal.
Berbicara
kembali tentang Aksara Jawa memori saya terbawa kembali pada situs Muaro Jambi
yups ada hal yang menarik perhatian mata kami di salah satu sudut makara di
Situs Muaro Jambi ada sebuah tulisan kuno yang berbentuk Aksara mungkin Bang
Lukman Tanjung, Bang Frozen Lucious dan Kak Danang Trayasrindra masih ingat tentang hal ini tetapi inilah
bentuk Aksara Jawa menurut Tapsir Sejarah. tulisan yang ada di Makara tersebut bermakna Parmurwitanira
Empu Kusuma yang berarti tempat sirnanya sesepu empu kusuma. dimana Situs Muaro Jambi
dulunya masih ada kaitannya dengan Kerajaan Kediri di Jawa Timur.
Kembali tentang Aksara Ulu atau Kaganga dilihat dari sejarah yang
ada bahwa Kepulauan Sumatera pernah didatangi bangsa Yunan dari daratan Indo-Cina pada
abad Sebelum Masehi. Bangsa ini sebelum datang secara besar-besaran, mereka
masuk Nusantara dengan kelompok kelompok kecil Mereka membawa berbagai
kebudayaan antara lain falsafah/ajaran Buddha dan aksara/tulisan kaganga
Aksara ulu atau kaganga menjadi
kekayaan budaya masyarakat tepian sungai di Sumatera bagian selatan, yang antara
lain mencakup Sumsel, Bengkulu, dan Lampung. Diperkirakan, aksara itu tumbuh
sejak abad ke-12 Masehi dan berkembang pesat pada abad ke-17-19 Masehi. Tulisan
itu banyak digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, ilmu kedokteran, petuah,
dan kearifan lokal lain.
semakin berkembangnya zaman aksara semakin menghilang hanya ada sebagian yang dapat kita temukan tentang tulisan ini jika kita berkunjung ke Museum Balaputera Dewa Palembang berbeda jauh dengan daerah di pulau jawa sebagian sekolah disana menjadikannya sebagai muatan lokal dalam sekolah - sekolah. tetapi yang lebih membuat saya lebih berbangga diri masih kampus di kota Palembang yang menjadikan aksara ini sebagai mata kuliah setidaknya sebagai putra dan putri daerah kita harus mengetahui apa saja budaya yang masuk di kota Palembang Darussalam ini apalagi kota ini pernah berdiri Kerajaan Besar ''SRIWIJAYA''
Alfabet untuk memudahkan kita mengenal Aksara Ulu |
Kok saia baru tahu kalau di indonesia punya banyak tulisan. Harus dilestarikan agar anak cucu kita bisa mengetahuinya
ReplyDeleteseharusnya benar - benar dilestarikan kebanyakan orang luar yang banyak tau bahwa kita memiliki banyak tulisan sekelas profesor
Deleteini saya yang bener bener awam atau memang indonesia punya banyak keindahan ya
ReplyDeletemampir juga mas ke Perpustakaan
Indonesia dilihat dari semua sisi mempunyai warna yang berbeda dengan keindahan budaya bang :) link nya error bang
Delete