Thursday, November 3, 2016

, ,

Budaya Palembang : Dimana Dul Muluk ?



Cerita nya dapat pesan via Whats app dari akak rizma yang ingin sekali saya share tentang seni Dul Muluk salah satu seni teater asli Palembang, dengan kekuatan hp Jadul saya memulai mencari tahu tentang teater Dul Muluk karena saya asli Palembang pun baru 1 kali melihat pertunjukan Dul Muluk itupun tanpa disengaja karena mampir ke rumah teman ternyata di sana ada penyelenggaraan Dul Muluk, tetapi sekarang seni budaya ini seperti nya tenggelam entah oleh zaman atau karena penikmatnya yang semakin sedikit karena mayoritas penikmat seni teater Dul Muluk ini adalah Opa dan Atok (Malaysia punya produk)., apalagi sekarang banyak pementasan seni  yang lebih terkenal di kota Palembang seperti tari india.


Pelakon yang sedang pentas

Tetapi jangan sedeh buat atok dan opa di rumah teater Dul Muluk  sering terlihat di televisi lokal di kota Palembang salah satu nya tv lokal TVRI Sumsel,.
Bercerita tentang pentas teater Dul Muluk yang awal mulanya, siapa saja pelakon yang terlibat serta dimana Dul Muluk dapat kita ketahui keberadaan nya sekarang, woke dengan kekuatan Hp jadul saya akan menceritakan semua nya secara detail sehingga akak rizma akan merasa puas,. 



Apa itu teater Dul Muluk ?
Teater Dulmuluk adalah teater tradisional Sumatera Selatan yang lahir di Kota Palembang. Awal mula terbentuknya teater ini adalah berupa pembacaan syair oleh Wan Bakar yang membacakan tentang syair Abdul Muluk di sekitar rumahnya di Tangga Takat 16 Ulu pada tahun 1854 (dimana kita tahun ini). Agar lebih menarik, pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa orang ditambah iringan musik gambus dan terbangan. (rindu terbangan hihihi).
Dulmuluk berawal dari Kitab Kejayaan Kerajaan Melayu yang selesai ditulis pada 2 Juli 1845, yang berjudul Syair Abdul Muluk. Ada dua pendapat oleh penulis kitab ini, yaitu Raja Ali Haji bin Raja Achmad dari Pulau Penyengat oleh Indra Sakti (Riau) – versi DR. Philipus Pieter Voorda Van Eysinga (seorang hakim di Batavia) dan versi Von de wall menyebut Saleha, sepupu raja Ali Haji. Kitab ini kemudian dipentaskan dalam bentuk teaterikal.
Pada tahun 1860 syair “Kejayaan Kerajaan Melayu juga diterbitkan di Singapura dalam bahasa Melayu oleh Syaidina dan Haji M. Yahya. Pada tahun 1893 Dr. Philipus mencetak kembali dengan menggunakan bahasa latin, diterbitkan oleh Tijschrift Van Nederlands India di Roterdam. Kemudian muncul sebuah buku yang diterbitkan oleh De Burg Amsterdam dengan judul “Syair Abdul Muluk”, yang banyak mengalami perubahan-perubahan seperti: Berbahan menjadi Berhan, Siti Arohal Bani menjadi Siti Roha, Abdul Roni menjadi Abdul Gani dan sebagainya. Perubahan tersebut karena penyesuaian ejaan waktu itu.

Perbedaan pentas teater Dul Muluk dengan teater tradisional lainnya ?
            *  Dialognya seringkali menggunakan pantun dan syair  
*  Peranan wanita diperankan oleh laki-laki, atau tepatnya hanya laki-laki yang bermain 
*  Di awal dan di akhir pertunjukan Dulmuluk terdapat nyanyian dan tarian yanng bernama           “Beremas” 
*   Dalam pertunjukan dulmuluk, menampilkan kuda dulmuluk sebagai ciri tersendiri 
*  Adanya tarian dan nyanyian di dalam pertunjukan dulmuluk yang digunakan sebagai simbol,  contohnya seperti saat sedih, senang, marah, ataupun mengungkapkan isi hati biasanya diungkapkan sambil berdendang dan menari
Cerita dulmuluk hanya menceritakan dua syair, yaitu syair Raja Abdul Muluk dan syair Zubaidah Siti.
 
Ada beberapa yang menarik ternyata sebelum pementasan teater dul muluk yaitu pelakon harus berkumpul di suatu tempat khusus yang disebut kebung untuk berpakaian dan bersolek sesuai watak para tokoh yang akan diperankan. Sebelum pertunjukan dilakukan, doa selamat dengan menyiapkan seperangkat hidangan yang terdiri dari nasi gemuk, sebutir telur dan seekor ayam panggang, serta dupa/ kemenyan yang dibakar di pedupaan. (inilah adat istiadat budaya yang sudah berkembang sepanjang zaman).
Setelah dibacakan doa, nasi dan laik dibagi rata sebagai penyempurna syarat upacara. Salah satu pemain sebagai pemeran utama bernama Sultan Abdul Muluk. Seorang anggota yang menjadi pimpinan, menyanyikan lagu bekisoh atau salam pembuka dari dalam kebung. Setelah itu, seorang demi seorang pelakon keluar dari kebung untuk melaksanakan upacara Beramas atau salam pembuka kepada penonton, setelah selesai pemain kembali masuk kebung.Selanjutnya, adegan demi adegan berlangsung sesuai jalan cerita.
Setiap pemain seni pertunjukan Dulmuluk dituntut kemampuannya untuk dapat bernyanyi sesuai dengan tuntutan perannya. (jadi ada ide bagaimana kalau pentas teater Dul Muluk di masukkan beberapa hal hal modern yang berkembang saat ini agar terlihat manjah/ Doa dalam hati).


Sebelum tahun 1972 biasanya pertunjukan Dulmuluk dilakukan di lapangan terbuka di mana penonton berada di arena, kemudian mulai tahun 1972 pertunjukan dilakukan di atas panggung, agar penonton yang ada di barisan depan lebih fokus menikmati pertunjukan Dulmuluk. Pesan moral disampaikan melalui hadam, semacam syiar-syiar Islam, mengaji, dll.
Selain itu lho thema dalam teater Dulmuluk banyak cerita rakyat palembang yang biasa di pentaskan untuk mengisi tema seni theater ini, seperti cerita Si Pahit Lidah , Mata empat, Legenda pulau Kemaro, Putri kembang Dadar, dan masih banyak lagi.
Waduh jadi beneran rindu pentas teater Dulmuluk apalagi jika dikembangkan dengan arus modern sekarang pasti pentas ini semakin banyak peminat dari semua kalangan, ayok warga Palembang pemuda dan pemudi nya yang kreatifitas nya semakin terbuka kita bangkitkan kembali teater tradisional kita apalagi ini adalah salah satu warisan budaya kota kita jangan sampai hilang apalagi ada Asian Games 2018,. Jangan Cuma budaya barat kita kembangkan budaya kita tenggalam. (menghela nafas panjang).

Sumber : 

Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya. 2013. Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

4 comments:

  1. Dulu waktu kecil sering nonton ini, walaupun ingatan udah samar-samar tentang gimana aksi mereka di panggung.

    Kalau gak salah di TV lokal dulu juga sempat ada ya tayangannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak rahmad pernah juga nonton secara langsung pentas seni teater ini,.TV lokal TVRI Sumsel sering kak nayangin ini,. tp sekarang sudah redam menghilang. Omnduut.com

      Delete
  2. Baru denger tentang kesenian Dul muluk ini. Tontonan rakyat banget, apalagi dipertontinkan di lapangan terbuka. Harus dilestarikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak dul muluk ini salah satu pentas yang familiar di kota Palembang sekitar tahun 90 an tetapi sekarang lama kelamaan udh menghilang. :)

      Delete